Selasa, 26 November 2013

(TULISAN) 22. CITA-CITA


22. CITA-CITA
Dari kecil, aku sudah mempunyai cita-cita. Setiap tahun umurku selalu bertambah dan aku selalu memikirkan cita-citaku itu. Tak tanggung-tanggung, cita-citaku ingin menjadi dokter agar aku bisa membantu semua orang yanng memerlukan bantuan. Agar mencapai cita-citaku itu, akupun harus menyukai pelajaran sains dari SD. Alhamdulillah aku menyukai pelajaran tersebut.
Setiap aku mempunyai keinginan, aku berusaha untuk mewujudkannya. Tak ada kata lelah dan tak ada kata menyerah. Sejak SD dan SMA aku mengikuti bimbel, saat SD aku mengikuti bimbel yang bernama ESEC selama 3tahun dan pas SMA aku mengikuti bimbel yang bernama Neutron Yogyakarta selama 2tahun. Setiap malam aku selalu belajar dan selalu berdoa atas cita-citaku itu.
Mengapa aku bercita-cita ingin menjadi dokter? Bukankah dokter itu profesi yang sangat mulia? Tentu saja, karena dokter selalu membantu orang-orang yang sedang sakit, tetapi menjadi dokter bukanlah hal yang sangat mudah. Sebagai Dokter mempunyai tanggung jawab yang sangat besar.
Aku selalu berkhayal jika aku jadi seorang dokter. Aku selalu membayangkan saat aku praktik dirumah sakit dan berpakaian dokter warna putih-putih. Akupun selalu membayangkan bagaimana jika aku praktik dirumah sendiri. Mungkin kedua orangtuaku akan sangat bangga memiliki anak seperti aku.
Tetapi, semua itu berubah saat aku pesimis akan cita-citaku itu. Aku pesimis akan pesaing-pesaing yang jauh lebih pintar dari aku. Akhirnya aku memutuskan untuk menjadi guru kimia dan fisika. Tetapi itupun aku tidak berhasil. Jujur saja, sampai sekarang aku masih sangat memikirkan cita-citaku itu. Tapi apa daya, aku harus mengikhlaskan semuanya dan berusaha tidak menyesali yang sudah terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar