22. CITA-CITA
Dari kecil, aku sudah mempunyai cita-cita. Setiap tahun
umurku selalu bertambah dan aku selalu memikirkan cita-citaku itu. Tak
tanggung-tanggung, cita-citaku ingin menjadi dokter agar aku bisa membantu
semua orang yanng memerlukan bantuan. Agar mencapai cita-citaku itu, akupun
harus menyukai pelajaran sains dari SD. Alhamdulillah aku menyukai pelajaran
tersebut.
Setiap aku
mempunyai keinginan, aku berusaha untuk mewujudkannya. Tak ada kata lelah dan
tak ada kata menyerah. Sejak SD dan SMA aku mengikuti bimbel, saat SD aku
mengikuti bimbel yang bernama ESEC selama 3tahun dan pas SMA aku mengikuti
bimbel yang bernama Neutron Yogyakarta selama 2tahun. Setiap malam aku selalu
belajar dan selalu berdoa atas cita-citaku itu.
Mengapa aku
bercita-cita ingin menjadi dokter? Bukankah dokter itu profesi yang sangat
mulia? Tentu saja, karena dokter selalu membantu orang-orang yang sedang sakit,
tetapi menjadi dokter bukanlah hal yang sangat mudah. Sebagai Dokter mempunyai
tanggung jawab yang sangat besar.
Aku selalu
berkhayal jika aku jadi seorang dokter. Aku selalu membayangkan saat aku
praktik dirumah sakit dan berpakaian dokter warna putih-putih. Akupun selalu
membayangkan bagaimana jika aku praktik dirumah sendiri. Mungkin kedua
orangtuaku akan sangat bangga memiliki anak seperti aku.
Tetapi,
semua itu berubah saat aku pesimis akan cita-citaku itu. Aku pesimis akan
pesaing-pesaing yang jauh lebih pintar dari aku. Akhirnya aku memutuskan untuk
menjadi guru kimia dan fisika. Tetapi itupun aku tidak berhasil. Jujur saja,
sampai sekarang aku masih sangat memikirkan cita-citaku itu. Tapi apa daya, aku
harus mengikhlaskan semuanya dan berusaha tidak menyesali yang sudah terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar