38. HANYA SAHABAT
Waktu berjalan bagitu cepat. Hingga dalam waktu 5
tahun rasanya sangat sulit untuk melupakan semua masa laluku. Apalagi sosok
seseorang yang pernah hadir dalam hidupku.
Pada suatu hari, aku bertemu dengan dia di suatu
tempat yang mana pertemuan ini tanpa aku duga sebelumnya.
Aku terus memandang ke arah dia, dan terus memperhatikan seakan-akan aku dia tak asing lagi bagiku.
“Sepertinya aku pernah lihat laki-laki itu?” sambil terkejut. O iya, itu kan Revan,” jawabku.
“Revan… Revan…” aku berteriak memanggil dia dari jauh.
Tapi dia tak tahu bahwa saat ini aku bertemu dengannya. Lalu aku mengejar dan mengikuti dia di tengah keramaian orang-orang lalu lalang.
“Revan… Revan…” aku terus berteriak memanggil dia hingga akhirnya ia berhenti.
“Siapa yang memanggilku?” tanya dia dalam hati.
Kemudian dia membalikkan wajahnya ke belakang dan memandangiku.
“Revan… Ini aku Dilla. Kamu masih ingat aku?” tanyaku sambil mendekati dia.
“Semoga saja kau masih ingat denganku,” kataku.
Dengan sedikit berfikir, dia mencoba untuk mengingat sedikit masa lalunya tentang aku.
“Oow… iya. Aku ingat,” kata dia sambil terkejut.
“Syukurlah kamu masih mengingatku,” kataku.
Aku terus memandang ke arah dia, dan terus memperhatikan seakan-akan aku dia tak asing lagi bagiku.
“Sepertinya aku pernah lihat laki-laki itu?” sambil terkejut. O iya, itu kan Revan,” jawabku.
“Revan… Revan…” aku berteriak memanggil dia dari jauh.
Tapi dia tak tahu bahwa saat ini aku bertemu dengannya. Lalu aku mengejar dan mengikuti dia di tengah keramaian orang-orang lalu lalang.
“Revan… Revan…” aku terus berteriak memanggil dia hingga akhirnya ia berhenti.
“Siapa yang memanggilku?” tanya dia dalam hati.
Kemudian dia membalikkan wajahnya ke belakang dan memandangiku.
“Revan… Ini aku Dilla. Kamu masih ingat aku?” tanyaku sambil mendekati dia.
“Semoga saja kau masih ingat denganku,” kataku.
Dengan sedikit berfikir, dia mencoba untuk mengingat sedikit masa lalunya tentang aku.
“Oow… iya. Aku ingat,” kata dia sambil terkejut.
“Syukurlah kamu masih mengingatku,” kataku.
Di tempat yang teduh, kami mengobrol dan sedikit
mengulas tentang pengalaman masa lalu.
“Aku minta maaf jika selama ini aku membuatmu kecewa. Aku ingin jika kita hanya sebatas teman saja. Semoga disana ada seseorang yang lebih baik dariku, yang menanti kehadiranmu.”
“Aku sudah berusaha untuk melupakan semua masa lalu itu. Bagiku 5 tahun itu sangat sulit untuk melupakanmu. Aku bisa melepasmu, tapi aku masih belum bisa untuk melupakanmu. Tapi jika memang itu keputusanmu, aku sanggup menerima dengan tulus keputusan ini,” kataku sambil meneteskan air mata.
“Terima kasih kamu sudah menghargai keputusanku. Bagiku kamulah satu-satunya orang yang terbaik dalam hidupku,” katanya sambil merendah hati.
“O ya aku punya kabar untukmu. Mungkin bulan depan aku akan menikah. Menikah dengan seorang gadis yang baru 1 tahun aku kenal. Dia adalah gadis panti asuhan yang dibesarkan oleh keluarga kaya. Suatu saat setelah aku menikah nanti, aku ingin memperkenalkanmu dengannya.”
“Baiklah. Semoga saja gadis baik itu benar-benar jodoh untukmu,” kataku bahagia.
“Aku minta maaf jika selama ini aku membuatmu kecewa. Aku ingin jika kita hanya sebatas teman saja. Semoga disana ada seseorang yang lebih baik dariku, yang menanti kehadiranmu.”
“Aku sudah berusaha untuk melupakan semua masa lalu itu. Bagiku 5 tahun itu sangat sulit untuk melupakanmu. Aku bisa melepasmu, tapi aku masih belum bisa untuk melupakanmu. Tapi jika memang itu keputusanmu, aku sanggup menerima dengan tulus keputusan ini,” kataku sambil meneteskan air mata.
“Terima kasih kamu sudah menghargai keputusanku. Bagiku kamulah satu-satunya orang yang terbaik dalam hidupku,” katanya sambil merendah hati.
“O ya aku punya kabar untukmu. Mungkin bulan depan aku akan menikah. Menikah dengan seorang gadis yang baru 1 tahun aku kenal. Dia adalah gadis panti asuhan yang dibesarkan oleh keluarga kaya. Suatu saat setelah aku menikah nanti, aku ingin memperkenalkanmu dengannya.”
“Baiklah. Semoga saja gadis baik itu benar-benar jodoh untukmu,” kataku bahagia.
Beberapa jam kemudian kami meninggalkan tempat
untuk berpisah.
Semoga pertemuan yang singkat ini menjadi sesuatu yang berharga dalam hidupku. Aku senang akhirnya dia bisa bahagia atas pilihannya. Sekarang aku baru bisa menyadari kalau ternyata seseorang yang hadir dalam hidupku belum tentu dia menjadi jodoh untukku. Mungkin Tuhan mempertemukan kami hanyalah sebatas teman dan tidak lebih dari itu.
Semoga pertemuan yang singkat ini menjadi sesuatu yang berharga dalam hidupku. Aku senang akhirnya dia bisa bahagia atas pilihannya. Sekarang aku baru bisa menyadari kalau ternyata seseorang yang hadir dalam hidupku belum tentu dia menjadi jodoh untukku. Mungkin Tuhan mempertemukan kami hanyalah sebatas teman dan tidak lebih dari itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar