Pendekatan
Monodisiplin atau sering disebut juga sebagai pendekatan struktural, yaitu
suatu bentuk atau model pendekatan yang hanya memperhatikan satu disiplin ilmu
saja, tanpa menghubungkan dengan struktur ilmu yang lain. Jadi, pengembangan
materi berdasarkan ciri dan karakteristik dari bidang studi yang bersangkutan.
Dalam
pendekatan pengorganisasian materi ini sejarah diajarkan terpisah dari
geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik, dan hukum. Begitu juga
manakala guru mengajarkan ekonomi akan terlepas dari bidang studi lainnya. Hal
ini dikarenakan materi pelajaran yang diajarkan siswa sepenuhnya dikembangkan dari
disiplin ilmu yang bersangkutan secara mandiri. Bentuk pendekatan
pengorganisasian ini merupakan bentuk tertua dari bentuk-bentuk
pengorganisasian materi yang ada dan berkembang dewasa ini.
Pendekatan
interdisipliner memusatkan perhatian pada masalah-masalah sosial yang dapat
didekati dari berbagai disiplin keilmuan sosial. Hal yang menjadi titik tolak
pembelajaran biasanya konsep atau generalisasi yang berdimensi jamak atau
masalah sosial yang menyangkut atau menuntut pemecahan masalah dari berbagai bidang
keilmuan sosial.
Pendekatan
Interdisipliner disebut juga pendekatan terpadu atau integrated approach atau
istilah yang digunakan Wesley dan Wronski adalah ‘correlation’ untuk pendekatan
antarilmu, sedangkan integration untuk pendekatan terpadu. Dalam pendekatan
antarilmu dikenal adanya ini (core) untuk pengembangan yang berdasarkan pada
pendekatan terpadu (integration approach) yang merupakan tipe ideal
konsep-konsep dari berbagai ilmu-ilmu sosial atau bidang studi telah terpadu
sebagai satu kesatuan sehingga bahannya diintegrasikan menurut kepentingan dan
tidak lagi menurut urutan konsep masing-masing ilmu atau bidang studi.
Model
pendekatan pengembangan pengorganisasian cross disiplin ini diistilahkan dengan
Jaringan kegiatan lintas kurikulum. Kegiatan Jaringan lintas kurikulum ini
bermanfaat untuk mengaitkan dua atau lebih mata pelajaran dalam satu sajian
belajar-mengajar yang utuh. Dengan adanya pendekatan ini maka tumpang tindih
antarpokok bahasan baik yang terjadi antarilmu-ilmu yang ada dalam interdisiplin
ilmu atau antardisiplin ilmu dapat dihindari sehingga dapat menghemat waktu dan
menghindari kebingungan serta kejenuhan siswa. Model ini lebih tepat diterapkan
di SD karena guru mengajarkan semua pelajaran/guru kelas. Pendekatan ini pun
dapat diterapkan pada tingkat lanjutan dengan cara melakukan koordinasi
antarguru bidang studi.
Model
Reflective Inquiry
Inti dari pengorganisasian yang berpusat pada berpikir reflektif ialah pengembangan kemampuan mengambil keputusan atau decision making skill.
Model Berpikir Induktif (Inductive Thinking)
Telah diakui bahwa kemampuan untuk membentuk konsep merupakan salah satu keterampilan dasar berpikir. Model berpikir induktif dirancang dan dikembangkan oleh Hilda Taba (1966) dengan tujuan untuk mendorong para pelajar menemukan dan mengorganisasikan informasi, menciptakan nama suatu konsep, dan menjajagi berbagai cara yang dapat menjadikan para pelajar lebih terampil dalam menyikap dan mengorganisasikan informasi, dan dalam melakukan pengetesan hipotesis yang melukiskan hubungan antarberbagai data.
Inti dari pengorganisasian yang berpusat pada berpikir reflektif ialah pengembangan kemampuan mengambil keputusan atau decision making skill.
Model Berpikir Induktif (Inductive Thinking)
Telah diakui bahwa kemampuan untuk membentuk konsep merupakan salah satu keterampilan dasar berpikir. Model berpikir induktif dirancang dan dikembangkan oleh Hilda Taba (1966) dengan tujuan untuk mendorong para pelajar menemukan dan mengorganisasikan informasi, menciptakan nama suatu konsep, dan menjajagi berbagai cara yang dapat menjadikan para pelajar lebih terampil dalam menyikap dan mengorganisasikan informasi, dan dalam melakukan pengetesan hipotesis yang melukiskan hubungan antarberbagai data.
Model Latihan Penelitian (Inquiry Training)
Model ini dirancang untuk melibatkan para pelajar dalam proses penalaran mengenai hubungan sebab akibat dan menjadikan mereka lebih fasih, cermat dalam mengajukan pertanyaan, membangun konsep, merumuskan, dan mengetes hipotesis.
Model Penelitian Sosial (Social Science Inquiry)
Model ini dikembangkan atas dasar kerangka konseptual yang sama dengan model penelitian ilmiah yang diterapkan dalam bidang ilmu-ilmu alamiah dan model penelitian sosial dalam bidang ilmu-ilmu sosial.
Hakikat
belajar inkuiri didasarkan untuk menemukan makna dari “kebenaran”, sedangkan
alat belajarnya dengan menggunakan data informasi yang diperoleh lewat proses
inkuiri itu sendiri dengan memperhatikan reliabilitas dan validitas. Oleh
karena itu, inkuiri suatu pendekatan dalam belajar yang dapat dijadikan
kriteria dasar dalam memilih dan menentukan metode untuk membuat model
belajar-mengajar untuk meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik melalui berpikir
ilmiah, seperti perumusan masalah dan hipotesis atau pertanyaan penelitian,
pengumpulan data, pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan.
Pedoman
untuk menciptakan iklim inquiri agar berhasil dengan baik (1) kelas diarahkan
pada pokok permasalahan yang telah jelas rumusannya, tepatkan cara inkuirinya
serta arahnya, (2) agar dipahami bahwa tujuan inkuiri adalah pengembangan
kemampuan membuat perkiraan-perkiraan serta proses berpikir, (3) peranan
pertanyaan dan kemampuan menemukan pertanyaan (teknik bertanya) dari guru akan
sangat menentukan keberhasilan inkuiri, (4) hendaknya diberikan keleluasaan
kepada siswa untuk mengembangkan berbagai kemungkinan (alternatif dalam
bertanya atau menjawab, (5) bahwa jawaban dapat diutarakan dalam berbagai cara
sepanjang hal ini mengenai permasalahan yang sedang diinkuiri, 6) bahwa pada
umumnya inkuiri menggali nilai-nilai atau sikap maka karenanya
hormatilah/hargailah sistem kepercayaan/nilai dan sikap siswa-siswa Anda, (7)
guru hendaknya menjaga diri untuk tidak menjawab sendiri pertanyaan-pertanyaan,
(8) usahakan selalu jawaban bersifat merata dan komparatif (saat
diperbandingkan dengan lainnya).
James A.
SUMBER : http://brsndontatto.blogspot.com/2013/01/32-pengorganisasian-pembelajaran-ips.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar